ARM dikenal sebagai arsitektur prosesor hemat daya yang ideal untuk perangkat mobile seperti ponsel dan tablet. Selama bertahun-tahun, ARM memberikan lisensi kepada Qualcomm untuk membuat chip perangkat mobile seperti Snapdragon, yang sukses digunakan di berbagai perangkat Android seperti Xiaomi dan Google Pixel. Kerja sama ini telah menguntungkan kedua belah pihak dan mendukung pengembangan teknologi seperti 4G LTE dan 5G, termasuk modem Snapdragon X50 yang membuka jalan untuk konektivitas 5G.
Menarik Untuk DIbaca : Merasa Rezeki Seret ?
Pada tahun 2021, Qualcomm mengakuisisi Nuvia, sebuah startup chip, senilai 1,4 miliar USD. Nuvia didirikan oleh Gerard Williams III, mantan arsitek utama chip Apple A-series, bersama dua rekannya. Startup ini memegang lisensi ARM dan memiliki teknologi prosesor custom berbasis arsitektur ARM. Akuisisi ini dianggap sebagai langkah Qualcomm untuk mengurangi ketergantungannya pada ARM dengan mengembangkan inti prosesor custom berbasis teknologi ARM yang dimiliki Nuvia. Qualcomm berharap strategi ini dapat mengurangi biaya lisensi ARM dalam jangka pendek dan memberikan fleksibilitas untuk beralih ke arsitektur lain jika diperlukan.
Dengan Nuvia, Qualcomm mengembangkan CPU custom bernama Orion, yang kini digunakan pada Snapdragon 10 Elite untuk laptop dan Snapdragon 8 Elite untuk smartphone. Orion dipasarkan ke perusahaan seperti HP dan Microsoft, menjadi komponen utama bagi laptop baru yang fokus pada kecerdasan buatan. Namun, kehadiran Orion memicu konflik dengan ARM. ARM mengklaim bahwa lisensi yang dimiliki Nuvia bersifat nontransferable dan tidak dapat dialihkan ke Qualcomm setelah akuisisi. Mereka menuduh Qualcomm melanggar perjanjian dan meminta Qualcomm menghentikan penggunaan desain teknologi Nuvia, termasuk memusnahkan semua desain tersebut.
Qualcomm menolak tuduhan tersebut dengan alasan bahwa akuisisi Nuvia secara otomatis memberikan mereka hak untuk memanfaatkan lisensi ARM yang dimiliki Nuvia. Mereka berpendapat bahwa ARM sedang membatasi kebebasan inovasi dan menuduh ARM berupaya mengontrol pemanfaatan teknologi yang sudah dilisensikan. Setelah negosiasi yang terus menemui jalan buntu, ARM menggugat Qualcomm dan Nuvia ke pengadilan distrik Delaware, Amerika Serikat, pada Agustus 2022. ARM menganggap langkah ini perlu untuk melindungi hak kekayaan intelektual mereka dan memastikan semua mitra mematuhi perjanjian.
Pada Februari 2023, ARM resmi mencabut lisensi Nuvia, tetapi Qualcomm tetap menggunakan desain CPU Orion yang dikembangkan Nuvia. Konflik semakin memanas ketika ARM mengultimatum Qualcomm bahwa lisensi arsitektur mereka akan dibatalkan dalam 60 hari. ARM mengklaim tindakan ini dilakukan untuk melindungi ekosistem mereka yang telah dibangun selama lebih dari 30 tahun. Qualcomm merespons dengan tuduhan bahwa ARM telah bertindak tanpa dasar, menaikkan tarif royalti, dan menunjukkan perilaku anti-persaingan yang tidak dapat ditoleransi.
Perseteruan ini mencerminkan perubahan strategi ARM di bawah CEO baru mereka, Rene Haas. ARM tidak hanya ingin menjual lisensi teknologi, tetapi juga menawarkan desain prosesor yang lebih lengkap dan siap pakai untuk memperoleh kompensasi yang lebih besar. Sementara itu, Qualcomm menghadapi risiko besar dengan mempertahankan CPU Orion dan bersiap menghadapi dampak dari pencabutan lisensi ARM. Perseteruan ini menjadi salah satu konflik besar yang dapat mengubah lanskap industri teknologi, dengan Nvidia dan AMD siap mengambil peluang dari ketegangan antara kedua raksasa tersebut.
Qualcomm kini menghadapi tantangan besar setelah ARM mengancam akan mencabut lisensi teknologi mereka. Langkah ini mengusik Qualcomm, yang selama ini membeli teknologi ARM untuk disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Di sisi lain, CEO Qualcomm, Cristiano Amon, berusaha membuat perusahaannya lebih mandiri dengan mengembangkan desain chip sendiri, terutama untuk merambah bidang baru seperti teknologi komputasi. Ironisnya, bidang tersebut juga menjadi fokus ARM, sehingga hubungan kedua perusahaan menjadi semakin rumit.
ARM berupaya mempertahankan kendali penuh atas lisensi teknologinya, sementara Qualcomm ingin kebebasan lebih dalam mendesain chip berbasis teknologi Nuvia yang telah mereka akuisisi. Jika ARM memenangkan kasus hukum ini, Qualcomm harus menghentikan penggunaan inti Cornovia yang dikembangkan oleh Nuvia. Cornovia adalah harapan Qualcomm untuk bersaing di pasar PC, terutama melawan chip M-series Apple yang dikenal sangat kuat dan efisien. Kehilangan Cornovia berarti Qualcomm harus kembali menggunakan teknologi ARM standar, yang meskipun efisien, sering kali kurang bertenaga untuk pasar PC.
Masalah ini menjadi lebih pelik karena Qualcomm selama ini mengandalkan Nuvia untuk meningkatkan performa chip mereka agar dapat bersaing dengan prosesor x86 dari Intel dan AMD. Jika ARM berhasil memblokir penggunaan teknologi Nuvia, Qualcomm harus mengubah strategi dan mungkin kehilangan peluang besar di pasar PC berbasis Windows, yang selama ini didominasi oleh Intel dan AMD.
Di sisi lain, ARM juga mengambil risiko besar dengan langkah ini. ARM tengah berupaya memperluas jangkauan dan pendapatannya, dengan pasar PC berbasis Windows sebagai target potensial. Prosesor untuk PC memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan prosesor perangkat mobile. Namun, jika ARM memaksa Qualcomm menghentikan penggunaan Cornovia, hal ini bisa mengurangi kepercayaan produsen PC terhadap prosesor berbasis ARM, mengingat risiko hukum yang mungkin muncul.
Untuk mengurangi ketergantungan pada ARM, Qualcomm mulai merintis opsi lain dengan teknologi RISC-V yang bersifat open-source. Berbeda dengan ARM yang lisensinya ketat, RISC-V memberikan kebebasan bagi Qualcomm untuk menyesuaikan desain sesuai kebutuhan tanpa ancaman hukum. Qualcomm telah mengembangkan chip berbasis RISC-V untuk perangkat wearable seperti smartwatch. Bahkan, Google mendukung RISC-V sebagai platform utama untuk Android, menjadikannya solusi potensial bagi Qualcomm untuk lepas dari ketergantungan pada ARM.
Perseteruan ini juga membuka peluang besar bagi pesaing Qualcomm di pasar PC. Kontrak eksklusif Qualcomm untuk memasok prosesor laptop Windows yang hampir berakhir memberikan ruang bagi produsen chip lain seperti Nvidia dan AMD untuk mengambil peran. Nvidia dan AMD bahkan telah menjalin kerja sama dengan Microsoft dalam proyek laptop terbaru mereka, CoPilot Plus. Hal ini memberikan lebih banyak pilihan bagi produsen laptop dan menciptakan persaingan yang lebih sehat di segmen PC.
Kini, semua mata tertuju pada persidangan yang akan datang. Apakah ARM akan berhasil mempertahankan kendali penuh atas lisensinya dan memenangkan gugatan untuk memblokir teknologi Nuvia? Ataukah Qualcomm mampu mempertahankan hak inovasinya dan mengukuhkan posisi mereka sebagai pelopor chip custom yang independen? Atau mungkin, kedua perusahaan menemukan jalan tengah yang memungkinkan keduanya terus meraup keuntungan bersama?
Ada tiga hikmah yang bisa diambil dari konflik ini:
Perjanjian kerja sama yang jelas dan fleksibel. Dalam dunia bisnis yang dinamis, terutama di bidang teknologi, tidak semua hal dapat diantisipasi. Perjanjian perlu memiliki ruang untuk penyesuaian jika kondisi berubah, seperti yang terjadi pada Qualcomm dan ARM yang berbeda dalam interpretasi perjanjian mereka.
Diversifikasi kemitraan dan kemandirian. Ketergantungan penuh pada satu mitra berisiko besar, seperti yang dialami Qualcomm. Kolaborasi harus disertai dengan kemandirian, dan bermitra dengan lebih banyak pihak dapat memperkuat pondasi bisnis untuk menghadapi guncangan.
Penguasaan teknologi inti. Posisi ARM kuat karena mereka memegang hak kekayaan intelektual (IP) atas teknologi mereka. Sebaliknya, posisi Qualcomm rentan karena masih bergantung pada teknologi berlisensi. Perusahaan perlu mengembangkan teknologi inti secara mandiri agar lebih leluasa berinovasi dan bersaing di pasar yang terus berubah.
Pada akhirnya, kemandirian adalah kunci. Menguasai teknologi inti membuat perusahaan lebih fleksibel dan tangguh dalam menghadapi perubahan pasar. Namun, jika memilih untuk bermitra, bangunlah sinergi yang kuat namun fleksibel, seperti bambu yang melengkung saat badai tanpa patah. Dalam industri yang bergerak cepat seperti ini, kerja sama yang dirancang dengan bijak hari ini harus mampu merangkul segala kemungkinan di masa depan. Mulailah dengan langkah mantap dan visi yang jelas.
Menarik Untuk Ditonton : Cara Membuat Video Pendek di CapCut
Mau Konsultasi?